Kisah Tragis Seorang Cewek


Aqnes Monica Berdua
             
            Siang itu terasa panas, Matahari nampak memancarkan cahaya yang bersinar. Tarie sedari tadi hanya berdiri sendiri dan melamun di pinggir jalan sambil menunggu angkutan datang.
           Pikirannya melayang, hanya terik matahari pada siang itu menjadi teman dalam lamunannya, setelah hidupnya menjadi sepi dan tidak karuan.
         Disaat Tarie asyik melamun tiba-tiba terdengar bunyi handpone. Santi terperanjat karena kaget, kemudian Santi membuka handponenya.
“Sms siapa yang mengagetkan aku?”. Kata Santi dalam hati.
Ternyata sms itu datang dari Hendra, teman sekolah waktu SMK. Kami sudah lama tidak bertemu semenjak tahun 2006 dia dinyatakan diterima di ABRI dan sekarang dia dinas di Bogor.
“ Halo Santi apa kabar, dah lama kita nggak ketemu ya??” Sms Hendra siang itu.
“Iya ni Hen,Gmn kabar mu?”. Tarie memberi jawaban.
“Baik….., sudah menikah apa belum?” balesan sms Hendra
“Kalo aku kurang baik, aku sudah pernah menikah tapi gagal Hen”. Jawab Santi dengan raut muka yang masam
“Gimana ceritanya kok bisa begitu?” Hendra membalas sms
“Ya adalah Hen… memang belum jodoh kali ya…”. Santi membalas sms dengan raut muka di tekuk.
“Andai aja aku bisa memutar waktu San….. semuanya pasti tidak akan menjadi seperti ini…” Sms Hendra penuh penyesalan.
“Sudahlah Hen, semuanya sudah terjadi dan ini jalan hidup yang harus aku tempuh”. Santi sambil meneteskan air mata.
“Kamu tahu nggak si sebenarnya, kalo dari dulu aku sangat mencintai kamu?”. “Tapi aku nggak berani ngomong ma kamu San?” Hendra mengungkapkan perasaannya.
“Sebenarnya aku tahu, tapi aku sebagai cewek nggak mungkin banget kalau aku ngomong perasaan hati ke kamu, Kamu sendiri kenapa nggak ngomong terus terang dari dulu?”. Hati Santi penuh penyesalan.
“Tapi gimana San, semua sudah terlambat dan aku berani mengungkapkan isi hatiku sekarang. Aku punya satu permintaan untukmu San”. Permintaan Hendra.
“Apa itu Hen?”. Hati Santi deg-degan.
“Minggu depan aku dapat cuti seminggu dan aku pengen kamu jadi pacarku dalam seminggu……Aku ingin mengungkapkan perasaanku selama bertahun-tahun yang aku pendam dalam hati”. Ungkapan Hendra dalam sms
“Ha…!!! Gila ya kamu??” Jawab Santi kaget
“Aku nggak gila San, aku waras. Kalo gila aku nggak bakal jadi ABRI dong…..hehehehe”. Canda Hendra dalam sms.
“ Tapi gimana Hen, Apa kamu nggak malu dengan keadaanku?”. Jawab Santi dengan lemas.
“Nggak San, Tolong dijawab sekarang karena aku butuh jawaban itu”. Sms Hendra penuh harapan.
“Yan nanti aku pikir-pikir dulu ya Hen”. Santi membalas sms sambil menyetop angkutan.
            Santi masuk angkutan dan duduk didekat pintu sambil merenungkan dan memikirkan sms Hendra. Santi berfikir, apa sungguh-sungguh yang dikatakan Hendra barusan?? Dengan pikiran pusing dan perasaan hati yang nggak menentu, “Cuekin ajalah sms itu”. Kata Santi dalam hati.
****
Malampun tiba, Santi duduk di depan komputer sambil memainkan jarinya diatas keyboard. Saat asyik bermain komputer, tepat pukul 08.00 WIB handpone berbunyi. Ternyata Hendra menanyakan lagi tentang sms tadi siang. Santi membiarkan sms itu berlalu, namun Hendra mengirim sms yang sama sampai lima kali berturut-turut. Akhirnya Santi pun membalas sms itu.
“Aku masih bingung Hen?”. Dengan raut muka bingung.
“Kenapa bingung Santi?”, Aku ingin menjadi pacarmu walaupun hanya seminggu, Aku mohon San……Kamu mau ya??” Sms Hendra memelas.
“Setelah itu kamu ninggalin aku, aku belum siap untuk itu Hen?” Ketakutan Tarie
“Tar……Kalau kita jodoh nggak bakal lari kemana, tapi kalo memang kita belum berjodoh, ya sudah….kita jalani aja hidup kita.” Aku tetap memintamu untuk menjadi pacarku seminggu…………..aja Tar. Aku mohon?”. Nada memelas Hendra.
“Kita memang belum jodoh Hen, Carilah wanita yang pantas mendampingimu….aku akan bahagia jika kamu bahagia.” Sms Santi dengan pasrah.
“Ya San, Tapi kamu maukan jadi pacarku seminggu??” Hendra berharap lagi.
Santi berfikir sejenak tentang ajakan Hendra tersebut, setelah berfikir dan meresapi sms Hendra, dengan penuh pertimbangan akan segala resiko yang dihadapi setelah masa pacaran Santi membuat keputusan untuk menerima permintaan Hendra untuk menjadi pacarnya dalam seminggu.
***
Waktu yang  dinantikanpun tiba, Hendra mendapatkan cuti dari kantornya. Hendra memberi kabar kalau dia berangkat hari Sabtu sore dan sampai rumah hari Minggu siang. Hendrapun mengingatkan Santi supaya jangan lupa menepati janjinya untuk menjadi pacarnya dalam seminggu.
Santi merasa senang mendengar kepulangan Hendra, namun hati Santi deg-degan, pikirannya bingung dan badannya mulai panas dingin saat Hendra menggingatkan tentang hal itu.
Akhirnya hari Senin kita janjian untuk bertemu di rumah Bagas, teman waktu sekolah dulu. Ternyata Bagas tidak berada dirumah, hanya ibunya saja yang tinggal.
Santi datang lebih dulu dibandingkan Hendra, jantung Santi berdegub kencang menanti kedatangan Hendra.
Tak berapa lama Hendrapun datang, dengan muka cengar-cengir dia menyapaku.
“Santi sayang…..sudah dari tadi ya menungguku??” Dengan muka tak berdosa
Dengan malu-malu Santi menjawab “Baru sebentar kok…Adi nggak di rumah lho Hen, adanya Ibu Bagas aja.”
“Nggak apa-apalah San, Kita nemuin ibu Adi skalian silaturahim.” Ajak Hendra sambil masuk ke dalam rumah Adi.
“Okelah Hen”. Santi melangkahkan kaki mengikuti Hendra.
Didalam rumah kami bertemu dengan ibu Bagas yang sedang memasak untuk berjualan sore hari. Kami ngobrol kesana-kemari sambil bergurau dengan ibu Bagas. Ibu Bagas sudah kami anggap ibu kami sendiri karena sejak sekolah dulu rumah Bagas sebagai basecame anak-anak SMK, khususnya Yudha Karya dan SMEA Negeri. Ibu Bagaspun demikian, anak-anak yang selalu kerumah, akrab dengan keluarga sudah dianggap anaknya sendiri. Dalam keadaan senang maupun susah kami selalu membantu.
“Hen… kapan kamu nikah??” Kata ibu sambil memandang Santi.
“Lho ibu tu ya, Tanya ke Hendra, Lihatnya ke saya?” Santi menjawab sambil celingukan.
“Ya nggak apa-apa lah San, suka-suka ibu dong….”.Jawab Heri ketus.
“Kasian dech lo……” Ibu mencibirku
“Hehehehhehe……” Santi ketawa sambil garuk-garuk kepala.
“Blum nemu jodoh bu, kalau sudah saatnya pasti nikah juga kok”, Hendra seperti disudutkan.
“Ya ibu cuma bisa doakan, semoga kamu cepet dapet jodohnya… Sama Santi aja nich lho…??” Lirikan mata ibu menuju padaku lagi.
Hati Santi tersentak kaget, “Ah apa si ibu ini, kita itu teman bu…nggak mungkinlah saya ma Hendra?”
“Kalau jodoh si oke bu…tapi kalau belum jodoh ya mau gimana lagi bu..” Rasa pasrah Hendra sambil nonton televisi.
Setelah mengobrol ibu pergi ke dapur untuk melanjutkan memasak lagi dan ibu menyuruh Santi untuk mengambil minuman dan camilan sendiri di lemari es. Tariepun pergi menuju lemari es dan membuat minuman serta camilan untuk Hendra.
Ibu melanjutkan memasak, Hendra menonton televisi, Santi datang membawakan minuman dan camilan.
“Terima kasih cantik…. Jadi tambah sayang nich aku…” Hendra sambil memegang gelas minuman buatanku.
“Ya, sama-sama Hen…..” Santi menatap mata Hendra.
Kami duduk di depan televisi sambil ngemil kue dollar buatan ibu, diam dan saling pandang yang kami lakukan sambil makan. Dalam kesunyian Hendra membuka pembicaraan. “San…..” sambil memegang tangan Tarie.
“Apa Hen…..” Santi memandang tangan Hendra.
“Andai aku ngomong dari dulu….pasti keadaannya tidak seperti ini, aku dulu takut mengungkapkannya karena kamu dulu masih pacaran dengan Agung, teman kita sendiri.” Genggaman tangan Hendra semakin erat.
“Kenapa bilang begitu, sudahlah Hen….semua sudah terjadi dan akupun sekarang tidak bersama dia….” Dengan membalas genggaman tangan Hendra.
“Iya San…aku tau”. Suara Hendra datar.
Kami diam…. Saling pandang dengan air mata yang membendung di pelupuk mata. Kemudian ibu memanggilku sampai aku terperanjat kaget. “Bentar Hen…dipanggil ibu” sambil melepaskan genggaman tangan Hendra.
Santi berlari menghampiri ibu “Ada apa bu?”  
“Sekarang makan dulu, dari tadi kalian belum makan” Ibu menyiapkan piring
“Ya bu, sebentar lagi aja masih kenyang makan kue dollarnya”. Santi menjawab sambil mengelus-elus perutnya yang kenyang.
Santi kembali ke ruang tengah, di depan televisi Santi mendapatkan Hendra tertidur. Santi membiarkannya tertidur pulas, sambil menunggu bangunya Hendra, Santi sibuk sms dengan teman-temannya. Disaat Santi disibukkan dengan sms, tiba-tiba Hendra bangun dan mencium pipi kanan Santi.
Santi kaget dan tersentak, “Kurang ajar …..!!!”, “Kamu pura-pura tidur ya?“ Memandang Hendra dengan mata melotot.
“Hehehehhe……..satu kosong San….” Ketawa Hendra kecut
“Awas ya…tunggu pembalasanku” Dendam Santi.
Sambil menunggu waktu yang tepat Santi pergi mengambil es di dapur. Sepulang dari mengambil es, Hendra sedang minum. Tanpa sepengetahuan Hendra, Santi pun mencium pipi kirinya.
“Aduh….curang….., bilang-bilang dulu lah San…kan aku dah siap kalau mau dicium”. Kegenitan Hendra mulai muncul
Akhirnya tanpa malu-malu lagi, Hendra mencium kening Santi dan Santi membalas ciuman Hendra. Mata mereka saling berpandangan dan merekapun saling berpelukan.
Hendra melepaskan pelukannya dan berbisik di telinga v “Ayo ke kamar mandi saja, kalau di sini nggak enak sama ibu”.
“Ya sudah, kamu duluan saja ntar aku nyusul” Santi membalas bisikan Hendra.
Hendra pun beranjak dari ruang tengah menuju kamar mandi, Santi menyusul di belakang mengikutinya.
Tanpa sepengetahuan ibu, Santi dan Hendra berada di kamar mandi yang sama. Hendra memeluk erat tubuh Santi sampai nafas Santi sesak karena pelukan Hendra. Mereka berdua meluapkan rasa sayang dalam kamar mandi dengan pelukan dan ciuman yang bertubi-tubi. Kejadian itu berlangsung selama lima menit, mereka tersenyum dan merasa lega sudah meluapkan rasa sayang mereka.
Setelah keluar dari kamar mandi, mereka duduk sejenak dan berpamitan pulang.
***
Hari ini hari Rabu, dimana Hendra berjanji akan menjemput Santi saat pulang kerja dan bermain di taman. Setelah sampai di taman, mereka ngobrol dan menikmati pemandangan taman yang indah, segar dan mempesona.
Santi dan Hendra bermain ayunan sambil menginggat masa-masa sekolah yang penuh canda tawa dengan teman-teman.
“San, kalau main ke sini jadi ingat teman-teman saat sekolah dulu” Hendra memulai pembicaraan.
“Iya Hen, aku jadi kangen teman-teman sekolah dulu. Gimana ya kabar mereka?” Santi menimpali pembicaraan Hendra.
“Kebanyakan mereka kerja di luar kota semua dan sudah banyak yang menikah” Hendra memberi tahu.
“Bener juga ya…., Cuma aku saja yang di Magelang.” Sambil garuk-garuk kepala Santi.
“San, seandainya kamu belum punya anak….aku pasti mau menerimamu, tapi anak yang ada padamu itu bukan anakku jadi aku belum bisa…” Hendra tidak meneruskan pembicaraanya.
“Nggak apa-apa Hen, semua jalan hidup kita Tuhan yang mengatur. Sebagai manusia kita harus tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan dan mungkin kita memang belum berjodoh”. Air mata Santi membendung di pelupuk mata.
“Kita belum berjodoh, tapi mungkin saja anak atau cucu kita nanti berjodoh…….” Hendra menenangkan hati Santi sambil bercanda.
“Njih ndoro……. Walaupun begitu aku berharap persahabatan kita jangan sampai putus walaupun cinta kita hanya seminggu” Santi menegaskan.
“Iya San, aku setuju…..sekarang makan yuk ??” Ajak Hendra sambil menggandeng tangan Santi.
 Santi membiarkan tangan Hendra menggandeng tangannya dan beranjak dari ayunan. Mereka memesan semangkuk bakso dan segelas es jeruk, setelah selesai makan Santi di antar pulang Hendra ke rumah.
Malam hari tiba, mereka selalu kirim sms dengan mesra dan penuh canda tawa. Saling mengingatkan untuk makan, sholat, mandi dan lainnya. Sampai akhirnya mereka tertidur pulas menunggu hari esok tiba.
***
 Jumat adalah hari ke lima mereka pacaran. Hendra meminta Santi untuk bertemu dan mengantarkan membeli tiket bus.
“San, lagi apa ?” Hendra memulai sms
“Aku lagi di sekolah, masih ada kegiatan.” Balesan sms Santi
“Nanti pulang jam berapa?” Hendra menanyakan kepulangan Santi
“Aku belum tau, tapi biasanya jam 1 sudah selesai…” jawaban Santi           “Oke… nanti aku sms lagi” Hendra mengakhiri sms
Waktu pun terus berjalan, jam 1 pun terus berlalu. Santi menunggu sms dari Hendra.
“Kamu di mana San ?” Hendra menanyakan keberadaan Santi.
“Masih di sekolah juga dan baru selesai kegiatannya.” Santi membalas sms Hendra sambil tersenyum
“Anterin aku beli tiket dong……..” Pinta Hendra
“Mau si nganter…… tapi aku sebelumnya sudah janjian sama temanku.” Hati Santi agak menyesal
“Please San….aku pengen kamu nganter aku, kamu kan pacarku…..habis itu kita jalan-jalan mumpung ada motor, aku mohon banget San…..”. Hendra kembali merengek.
“Maafin aku Hen, aku nggak bisa memenuhi permintaanmu itu” sambil Santi berfikir untuk menghilangkan perasaan sayang kepada Hendra.
“Ya sudahlah kalau begitu….mungkin memang kita tidak ditakdirkan bertemu hari ini” Sms Hendra marah dan pasrah.
Setelah itupun Hendra tidak sms lagi, bahkan sms Santi tidak dibalasnya. Santi merasa menyesal telah menolak permintaan Hendra karena dalam hatinya Santi harus menghilangkan rasa sayang terhadapnya.
***
Hari ke tujuh, tepat seminggu Santi dan Hendra berpacaran dan hari itu pula akhir dari kisah cinta mereka. Hendra tidak bisa menemui Santi, hanya sms yang bisa dia lakukan. Ungkapan hati Hendra yang selama ini di pendam selama bertahun-tahun dia ungkapkan walau hanya melalui sms.
“San, aku pamit berangkat ke Bogor” Hendra berpamitan
“Kok nggak nemuin aku dulu si??” Jawab Santi menyesal
“Maaf San, aku nggak mau menyakitimu dan aku nggak mau hati aku menangis karena kisah cinta kita yang belum bisa bersatu” Hendra menyesali
“Hendra……seharusnya kamu tetap nemuin aku dulu, walaupun kita belum bisa bersatu…..”Air mata Santi menetes
“Santi ….aku sangat berterima kasih sama kamu, karena kamu aku semangat dan aku bisa kuat menjalani hidup ini” Hendra sambil duduk di kursi bus.
“Hen….jujur, aku sebenarnya juga menyayangi kamu…tapi aku nggak bisa memaksakan kehendak dan memaksakan takdir hidupku.” Hati Santi memelas
“Aku juga San….sampai kapanpun kisah cinta kita dalam seminggu akan aku kenang dan tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku” Ungkapan hati Hendra.
“Sudahlah Hen, apapun yang terjadi pada kita itu adalah anugerah Tuhan dan harus kita syukuri” Santi meyakinkan
““Andai aku bisa memutar waktu, Aku akan memutar keadaan sesuai keinginanku, Hujan akan ku rubah menjadi awan, Mendung akan ku rubah menjadi terang, Aku akan memeluk erat tubuhmu dengan sejuta rasa sayang di hatiku, tapi apa daya aku hanya orang biasa yang tidak bisa merubah keadaan.” Pengandaian Hendra
Santi hanya menangis setelah membaca sms itu, air mata yang selama ini tertahan dapat keluar semua melewati pipi-pipi mungilnya.
“Santi …..Kamu harus kuat….Kamu harus menjadi Santi yang tegar, gembira, kuat seperti dulu. Kamu tidak boleh kalah dengan keadaan ini, kamu harus bisa mencapai apa yang kamu inginkan. Walaupun aku tidak bisa mendampingi hidupmu, aku akan selalu berdoa supaya kamu selalu bahagia” Pesan Hendra saat-saat terakhir kepergiannya.
“Santi ……aku tetap mencintaimu, aku tidak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun, cerita kita akan aku kenang sampai akhir hayat hidupku. LOVE YOU. Dari orang yang mencitaimu. HENDRA.” Hendra mengakhiri pesan smsnya.
 Setelah mebaca semua sms Hendra itu, Santi menangis tiada hentinya. Santi menyalahkan dirinya sampai tidak mau melakukan apa-apa, mengurung diri dan selalu melamun. Hanya air mata yang selalu menemaninya setiap hari.
Setelah seminggu berlalu….. Santi masih terus membaca sms Hendra, namun nasi sudah menjadi bubur. Santi tidak bisa mengulang waktu sesuai yang diharapkan. Santi hanya pasrah dan berserah diri kepada Tuhan dan memantapkan dirinya untuk bangkit dan bersemangat sesuai pesan dan harapan Hendra. “Terima kasih Hen, Kamu dalam seminggu sudah membangkitkan rasa hidupku lagi, memberi motivasi dan semangat”. Gumam Santi dalam kesendiriannya
“Aku juga akan mengenang kisah cinta ini sampai kapanpun dan kisah ini akan menjadi kenangan dalam hidupku, I LOVE YOU TOO”. Ungkapan Santi dalam hati dengan penuh suka cita dan gembira.
Akhirnya Santi bisa tersenyum kembali dan semangat menjalani hidupnya.

Agnes Monica Tersenyum




First

Share